Pasangan suami istri (Pasutri) Budiono dan Anik Nora, memperlihatkan foto anaknya semasa hidup.(foto: Rohmad) |
KEDIRI||KABARZINDO.com-Duka mendalam masih dirasakan pasangan suami istri (Pasutri) Budiono dan Anik Nora, warga Dusun Sumbersuko, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Bagaimana tidak, putranya yang baru berusia 15 tahun di panggil menghadap sang pencipta.
Meski lebih dari sebulan sang anak meninggal dunia, kesedihan itu hingga kini masih terasa. Maklum yang meninggal dunia merupakan putra satu-satunya. Tak hanya keluarga yang merasa kehilangan, tetangga, kerabat dan teman-teman korban juga merasakan hal serupa.
Diketahui, Korban meninggal dunia di Rumah Sakit HVA Tulungrejo Pare Kabupaten Kediri pada 17 Oktober 2023 lalu. Ia dirawat Usai mengalami luka di bagian kepala, wajah dan patah salah satu tulang rusuknya.
Penuturan ayah dan ibu korban, anaknya meninggal usai mengalami Kecelakaan di Dusun Pulosari, Desa setempat. Namun, mereka mengaku, merasa ada kejanggalan dalam pengungkapan kecelakaan yang dialami anaknya.
Menurut mereka, polisi yang menangani peristiwa itu terkesan tidak transparan. Terlebih jika melihat kondisi luka yang dialami anaknya.
"Mosok kalau kecelakaan lukanya separah itu, tulang rusuknya patah satu, ada luka di kepala, di wajah dan didagu. Sementara teman yang di bonceng tidak luka. Dokter yang menangani waktu itu juga menyangsikan kalau itu meninggal karena kecelakaan" ucap sang Ibu korban, sembari matanya berkaca-kaca,
Hal itu diungkap sang Ibu, Anik Nora, ketika media ini mengunjungi kediamannya belum lama ini. Menurut dia, tidak mungkin luka yang dialami anaknya separah itu jika penyebabnya kecelakaan. Apalagi, motor yang dikendarai berboncengan tidak mengalami kerusakan.
"Ya namanya naluri seorang ibu. Pokoknya apapun akan saya lakukan. Yang penting, penyebab kematian anak saya bisa terang benderang mas" terang Nora dengan mata sembab.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dilapangan, kasus kecelakaan itu awalnya ditangani oleh Polsek Kasembon, kemudian dilimpahkan ke Satreskrim Polres Batu. Namun, belakangan diketahui, kasus tersebut kini ditangani Satlantas Polres Batu.
Enam teman korban sudah dimintai keterangan oleh pihak kepolisian sebagai saksi. Termasuk, teman yang di bonceng oleh korban.
Sayangnya, dua kali media ini datang Ke Polsek Kasembon, sang Kapolsek tidak ada di tempat. Pun ketika mendatangi Polres Batu, hanya ditemui para penyidik yang tak mau keterangannya dipublikasikan.
Terpisah, pendamping hukum non litigasi dari Yayasan Lembakum Indonesia yang mengawal kasus ini, Dwi Setiyono (Kabid Jurnal) dan Bonita Chandra Dewi (Srikandi), mengatakan, para penyidik yang melakukan pemeriksaan dinilai tidak profesional.
Pihak keluarga, kata mereka, telah melaporkan para penyidik baik ditingkat Polsek maupun Polres yang menangani perkara ini, ke Propam Polda Jawa Timur (Jatim).
"Dari keluarga sangat ingin agar masalah ini terang benderang. Bahkan, kalau harus ada pemeriksaan ulang dari awal atau mungkin perlu otopsi jenazah pihak keluarga tidak keberatan" kata Dwi setiyono, saat ditemui di Kediri, Senin siang (20/11/2023).
Dwi menyebut, para kerabat, keluarga, dan teman-teman korban juga menginginkan agar kasus tersebut dibuka secara transparan. Bahkan, Kata Dwi, ia menerima puluhan surat bermaterai dukungan yang menyatakan ketidakpercayaan, jika penyebab kematian korban akibat kecelakaan.
"Saya dapat lebih dari dua puluh surat dari Kerabat, tetangga dan teman-teman korban, yang menyatakan mereka tidak percaya jika hilangnya nyawa korban ini akibat kecelakaan. Mereka menganggap, ada kejanggalan dalam pengungkapan. Ini akan menjadi tambahan semangat bagi kami untuk terus mengawal kasus ini sampai terungkap yang sebenar-benarnya" pungkas Dwi.
Reporter:Rohmad