SURABAYA||KABARZINDO.com-Perubahan zaman dari masa ke masa membuat aksara Jawa yang dahulu dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh nenek moyang semakin hilang dimakan waktu.
Selain sebagai sistem penulisan, aksara Jawa juga menjadi jati diri bangsa sekaligus bukti kecerdasan lokal di masa lalu. Namun, banyak generasi muda yang tidak mengenalinya. Ancaman kepunahan aksara Jawa mesti dicegah dengan berbagai cara, mulai dari mendokumentasikannya secara digital, mengajarkannya di sekolah, hingga memasifkan penggunaannya.
Oleh sebab itu, pada tahun ini Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur berupaya mengenalkan dan melestarikan aksara Jawa kuno kembali dengan penulisan nama kantor, Taman dengan aksara Jawa.
Giat penggunaan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa sebagai Signage di kantor pemerintah dan fasilitas umum sudah mulai dibuat dan dapat terlihat mata . Kedua tempat itu di atas atap ꧌ ꦧꦭꦻꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Balai Kota Surabaya dan di Taman Apsari.
Banyak pihak berharap, penggunaan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa itu tidak hanya pada aksesoris atau penanda fisik, tapi lebih jauh dari itu bahwa aksara Jawa secara fisik akan dapat menjadi alat untuk menggali jati diri bangsa dan memupuk kebanggaan sebagai bangsa yang besar.
Nanang Purwono dari komunitas Begandring Surabaya saat di temui di salah satu kegiatan mengatakan, Jawa adalah bangsa yang besar karana memiliki bahasa, aksara dan nada serta budaya. Jawa adalah sebagian dari Nusantara yang bagian bagian lainnya juga memiliki bahasa, aksara, nada dan budaya. Semua dalam satu ritme Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ꧌ꦧꦼꦂꦨꦶꦤ꧀ꦤꦺꦏꦠꦸꦔ꧀ꦒꦭ꧀ꦲꦶꦏ꧍ berbhineka tunggal Ika.
"Miris sekali melihat generasi muda sekarang yang melupakan salah satu jati diri bangsa yaitu Aksara Jawa",ucapnya Jumat (27/10/2023).
Melihat Aksara Jawa yang semakin di tinggalkan, Nanang berinisiatif membuat buku yang akan hadir di kalangan umum berjudul: ꧌ꦯꦸꦫꦨꦪꦧꦼꦂꦄꦏ꧀ꦱꦫꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ꧍ “Surabhaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri”.
Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo selaku guru Besar Hukum Lingkungan ꧌ꦈꦤꦶꦮ꦳ꦺꦂꦱꦶꦠꦱ꧀ꦍꦂꦭꦁꦒ꧍ Universitas Airlangga mengatakan,ini adalah bentuk literasi dan referensi yang menyentak kesadaran beraksara di ranah khalayak. Alfabetis aksara tidak lahir di ruang hampa melainkan produk asal mula suatu peradaban.
Aksara hadir sebagai ꧌ꦱꦸꦧ꧀ꦱꦠꦤ꧀ꦱꦶ꧍ substansi sekaligus instrumen kehidupan ini berkelanjutan. Aksara merupakan penanda bahwa manusia dapat menghadirkan dirinya, mengkonstruksi budayanya dan memvibrasi komunikasinya.
Kehadiran kembali ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa ini mengingatkan ritme historis yang direkam jejaknya dalam sebuah bingkai kota. Maka ingatan atas aksara Jawa harus dituliskan sebagai wujud terjadinya pemaknaan bahwa yang lampau selalu menjadi pemantik masa depan. Generasi hari ini di Surabaya sesungguhnya adalah pemanen dari racikan kultural leluhurnya.
Reporter:bs