Masjid Jami Al Abror Menjadi Ikon Kawasan Kota Tua di Sidoarjo


Sejarah 

Sidoarjo,kabarzindo.com-Mungkin banyak yang tidak tahu di Jalan Gajah Mada, Kauman, Sidoarjo lah titik pusat jantung Kota Udang ini berada.

 Selama ini orang mengetahui keberadaan Alun-alun kota yang berdekatan dengan pusat kantor pemerintahan dan Masjid Agung Sidoarjo adalah pusat jantung Kota Sidoarjo.

Petanda jika di Jalan Gajah Mada, Kauman, adalah pusat kota tak lain dengan keberadaan Masjid Jami’ Al Abror, Pasar Tradisional Jetis dan Kampung Batik Jetis Kauman yang di dalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan kuno bergaya kolonial.

Masjid Al Abror telah mengalami beberapa kali renovasi ini tercatat sebagai masjid tertua di kota Delta yang sekarang sudah berusia 344 tahun. 

pada 1678 ini hanya berupa masjid tiban. Yakni, masjid yang sudah ada kerangka pondasinya tetapi belum ada bangunannya.
Kemudian, oleh ulama dari Mataraman, Mbah Mulyadi, yang menurut cerita adalah pengikut Pangeran Diponegoro, kerangka masjid itupun dibangun. “Mbah Mulyadi dibantu oleh Mbah Sayyid Salim, Mbah Muso, dan Mbah Badriyah,” cerita H. Zainun, Takmir Masjid Al Abror

kisah pendirian Masjid Al Abror erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Kabupaten Sidoarjo yang awalnya masih bernama Kadipaten Sidokare. 

Masjid yang terletak di timur sungai Jetis ini mengalami pemugaran pada 1859 M yang dilakukan oleh bupati pertama Sidokare, R Notopuro (RTP Tjokro negoro). 

Masjid yang tidak pernah sepi dari aktivitas dakwah,dan sudah mengalami beberapa kali renovasi dan masih  menyisahkan warisan sejarah dan budaya berupa gapura kuno yang berfungsi sebagai pintu masuk masjid di sisi sebelah utara. 

Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. 

Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Panggabahan (kini Gabahan).

Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi kembali menjadi dua bagian, yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare. 

Sidokare (yang kini adalah Kabupaten Sidoarjo) dipimpin R. Notopuro (kemudian bergelar R.T.P Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan. 

Ia adalah putra dari R.A.P. Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare, yang memiliki konotasi kurang bagus diubah menjadi Kabupaten Sidoarjo.

Sumber:Sidoarjo Masa Kuno


 

Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia